Turki menyatakan akan segera memulai patroli bersama Rusia di wilayah perbatasan Suriah. Patroli tersebut untuk memastikan keamanan warga di perbatasan.
Pasukan kedua negara akan memulai patroli menyusul tenggat waktu penarikan mundur pasukan Kurdi di perbatasan Turki-Suriah berakhir pada Selasa (29/10) kemarin.
Namun tidak dijelaskan detail kapan waktu patroli dimulai. “Segera,” kata Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar lewat siaran stasiun televisi NTV seperti dikutip AFP, Rabu (30/10).
Rusia memastikan bahwa pasukan YPG Kurdi telah mundur sejauh 30 kilometer dari perbatasan sesuai kesepakatan antara Ankara dan Moskow.
Kesepakatan Rusia dan Turki itu dicapai setelah pembicaraan antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin di resor Laut Hitam, Sochi pada Selasa (22/10) lalu.
Dalam perjanjian itu, Turki dan Rusia sepakat untuk bekerja sama menjaga agar pasukan Kurdi tidak masuk ke dalam zona sepanjang 120 kilometer di perbatasan Suriah.
Erdogan mengaku akan kembali bertemu Rusia untuk membahas situasi di Suriah pada Rabu ini. “Tujuan kami di sana (di Suriah) hanya satu yakni membersihkan
kelompok-kelompok teror,” kata dia.
Turki meluncurkan serangan besar-besaran ke wilayah yang dikuasai Kurdi di timur laut Suriah pada Rabu (9/10). Serangan ini pun memicu kecaman internasional.
Turki menganggap kelompok Kurdi adalah separatis dan teroris, karena ingin membuat negara sendiri di wilayah timur dan selatan dekat perbatasan Suriah dan Irak. Maka dari itu mereka memutuskan menyerang kelompok Kurdi.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebenarnya memberikan lampu hijau serangan Turki. Namun setelah dikritik Kongres, Trump berbalik mengecam Turki.
Ia pun mengirimkan wakilnya untuk menginisiasi gencatan senjata antara Turki dan Kurdi. Selama gencatan senjata itu, pasukan Kurdi harus mundur dari perbatasan Suriah dengan Turki
Turki menyatakan tak akan memulai kembali gempuran ke pasukan Kurdi di Suriah setelah perjanjian gencatan senjata berakhir pada Rabu (23/10).
Leave a Reply